Tujuh Surat Wasiat

Jika suatu hari aku dihadapkan pada kenyataan bahwa sisa hidupku tidak lama lagi, aku akan menulis wasiat. Dan ini merupakan surat wasiat pertamaku sekalipun aku tidak tahu, harta apa saja yang hendak aku wariskan.

 

Sebelum aku memutuskan menulis ini, aku sedang di dalam kamar mandi sambil berjongkok dan mengingat-ingat kabar kematian orang-orang yang kukenal. Sekejap membayangkan bagaimana bila aku yang mati dan orang tidak tahu jasadku harus diapakan.

 

Lalu, masih dalam keadaan berjongkok, pikiranku kosong seperkesian detik. Aku masih sadar dan mendengar air keran mengalir stabil, dan air di bak tumpah membanjiri lantai. Telingaku juga masih menangkap suara gaduh di luar rumah. Ini malam minggu dan anak muda seringkali bersenda gurau di depan rumahku. Tiba-tiba telingaku pengang, ada bunyi ngiiiiiiiiing yang sangat panjang dan saat itulah terlintas bahwa aku harus segera merapikan barang-barang lantas menulis wasiat. Aku keluar kamar mandi setelah cebok.

 

Aku ingin menulis Tujuh Surat Wasiat yang berisi pesan, catatan warisan, serta sedikit keluhan semasa hidup. Kamu, keponakan pertamaku yang kecerdasannya kadang membuatku kewalahan, adalah orang pertama yang menerima wasiatku. Surat ini untukmu.

 

Jika aku ditemukan dalam keadaan tidak lagi bernapas, kau adalah orang pertama yang berhak memiliki seluruh buku yang kupunya. Baik itu fiksi, non fiksi, buku pelajaran semasa sekolah, buku relijius mengenai nabi-nabi, juga buku diari berisi paragraf sampah. Kau boleh memiliki semuanya. Kau boleh mencari uang dari buku tersebut dengan membuka perpusatakaan, juga boleh menjualnya saat kau membutuhkan uang kelak. Meskipun aku lebih berharap kau menyimpannya dan menjadikan mereka sebagai koleksi dalam rak buku di rumahmu saat dewasa nanti.

 

Kita semua tahu itu; di antara semua keponakanku yang sudah lahir, kau ialah orang yang paling suka membaca dan tahu betul bagaimana memerlakukan buku sebagaimana semestinya. Dan, oh. Sayang, kau harus tahu bahwa di masa ini, saat aku melarangmu membaca beberapa buku yang kaulihat di rak buku, bukannya aku pelit. Hanya saya usiamu belum mencukupi untuk membaca cerita-cerita pembunuhan yang terjadi hanya di dunia fiksi.

 

Abang, ada sekitar 200 buku yang kupunya. Mereka adalah harta milikku yang paling berharga. Aku bisa mengenal banyak karakter manusia melalui buku.

 

 

Ibumu pernah mengatakan, kita tidak pernah tahu sampai batas mana usia seseorang. Dan jika, sekali lagi jika, andaikata hidupku tidak lama lagi, atau jika kau atau siapa pun menemukan aku tidak lagi bernyawa, katakan pada mereka dua hal;

 

1. Kau berhak penuh memiliki seluruh buku yang kupunya,

2. Aku menulis tujuh surat wasiat yang kusebar di beberapa titik di rumah di mana aku tinggal saat ini. Suratmu ini yang pertama. Carilah enam surat lain. Dalam tiap surat, telah kutuliskan seluruh kepunyaanku berhak dimiliki oleh siapa.

 

 

 

Salam sayang,

Ai.

Published by: unidzalika

saya menulis karena saya merasa bahwa ada banyak hal yang tidak dapat di ungkapkan melaui kata-kata, tapi sebuah tulian mampu menjabarkannya. Maka, saya menuliskannya di sini.

Leave a comment

Leave a comment